ini bukanlah satu akhir,

"jadi dia sudah mau menikah tahun ini ya?"

"mungkin, dari kabar yang aku denger sih gitu"

"oh.. alhamdulilllah, semoga menjadi pasangan yang berkah" 
"dan semoga hati ini dapat belajar ikhlas" gumamnya dalam hati.

"aminn" lawan bicaranya menimpali.

siang itu dia berusaha menghilangkan rasa aneh yang lagi khusyuk di hatinya. usai solat dzuhur dan mencurahkan rasa dalam hatinya pada sang maha pendengar dan tidak pernah mengeluh, terpikirkan olehnya, mungkin twitter bisa membantu. melalui twitter dia bertemu dengan banyak teman, sekedar untuk membicarakan banyak hal. agar neuron sensoris dan neuron dalam cerebrum dapat menghapus satu memori, memori tentang mereka dan pernikahan.

tiba-tiba salah satu followernya memention nama akunnya. ah, bukan nama asing.

berawal dari satu percakapan yang umum, topik yang sebenarnya ia enggan untuk dibicarakan justru diungkit oleh lawan bicaranya.

"ah, kenapa hal ini diomongin di twitter?" batinnya.
dia gerah. berusaha untuk meluruskan semuanya. dia pun akhirnya menghubungi seseorang yang sebenarnya masih sebagai sahabat baginya.

nomer seseorang itu, ia cari di list kontak hp nya. segera dia menghubunginya.
"assalamualaikum"
terdengar jawaban salam di ujung sana.

"jadi, aku menghubungi mu hanya ingin memperjelas semuanya. aku tidak pernah memutuskan tali silaturrahim antara kamu dan aku. aku, hanya ingin menjaga hati seseorang dan harga diriku. agar kedua hati dari wanita ini tidak pernah merasakan sakit. kamu mengerti kan?"

"iya, aku tau. aku sebenarnya malu."

"malu kenapa?"

"semuanya gara-gara aku kan? kamu jadi kaya gini sekarang"

"ah, enggak koq. aku mengerti apa yang dia rasakan, dan aku juga tidak mau jika aku mendapatkan hal buruk sehingga merusak harga diriku. aku dibesarkan oleh ibu ku, bukan untuk hal itu."

"aku mengerti, maaf ya."

"enggak ada yang perlu dimaafin koq"

"sebenarnya, aku merasakan hal yang berbeda saat kita bertemu, satu rasa yang aku tidak tau apa maknanya. aku hanya ingin lebih  mengenalmu, sekedar berbicara banyak hal dengan mu, dan menjadi seorang yang kamu anggap teman. tapi, rupanya aku tamak. aku ingin semuanya lebih, padahal aku tau. aku sedang bersama seorang lain waktu itu. aku tau. jika kamu bertanya kenapa?, jawab ku entahlah. karena aku hanya merasakan rasa itu kian tumbuh. tak bisa dia meredam dan menghilangkan rasa itu untuk mu. untuk itu, aku tetap menyatakan keinginan ku, ah tidak, keinginan hati ku untuk bersamamu hingga akhir. walaupun saat itu, hati ku tengah orang lain ikat."


sekali lagi, dia merasakan rasa itu. rasa yang tengah dia usir jauh. rasa yang entah kenapa membuatnya sulit bernafas, sepertinya rasa itu menghambat alveolous bekerja.
ingin rasanya dia mengatakan. sudah cukupkah kau menaburkan garam?

"sudahlah, ini semua yang terbaik untuk kita. pesan ku, jangan kamu membuat hati seseorang disana menjadi sakit karena mu, semoga kita  bisa menggapai segala apa yang kita impikan"

"aku tau, amin. asslamualaikum"

dia menjawab salamnya dalam hening.

selanjutnya ia hanya merasakan semuanya terhempas, jauh. dia merasakan kelegaan yang luar biasa, tapi
ternyata dia tetap merasakan sakit yang membuatnya susah bernafas.

dia berharap, semua ini bukanlah satu akhir, akhir dari sebuah skenario.
karena dia tahu, ini hanyalah sebuah skenario yang harus dia jalani.dia yakin, sang sutradara sangat tahu yang terbaik untuknya.




Komentar

Postingan Populer