buku itu, gerbang rasa cinta ku untuk indonesia
Buku itu mengantarku pada satu kesadaran
tentang INDONESIA. Negeri yang aku tinggali, dari sanalah aku mendapatkan nasi,
air, dan berbagai kebutuhan ku. Disanalah kaki ku berpijak, tumbuh menganal
banyak hal hingga aku menjadi seperti sekarang. Indonesia, dia mencukupi ku
akan banyak hal. Negeri ku sangat berharga dan sungguh gagah. Sang garuda tidak
hanya kokoh dan gagah dengan cakram dan sayapnya yang mengembang, namun ia
melindungi dan menjaga setiap manusia yang hidup di atas buminya dengan sayap
dan cakram yang ia miliki tentunya.
Tapi, sayangnya. Aku baru menyadarinya
sekarang. Sedikit terlambat mungkin, tapi ini tidak menghalangi letupan rasa
cinta ku yang semakin menjadi. Ya, semua berawal dari buku itu. Judul buku itu
memang sudah tak asing di mata dan memoriku, karena beberapa saat yang lalu,
bahkan mungkin beberapa tahun lalu, aku pernah membacanya walau hanya sekilas.
Meski sekilas, aku tau. Buku ini tidak biasa. Buku ini akan mengantarkan ku
pada satu titik perjalanan yang menakjubkan. tapi, ternyata saat itu waktu
belum mengizinkan ku untuk memiliki buku tersebut. “mungkin suatu saat nanti,
tidak sekarang” batin ku. Jelas saja, buku itu batal menjadi salah satu judul
buku yang nanti tertengger di rak koleksi buku novel ku. Sangu ku, tidak cukup
untuk membeli buku itu. Tapi, suatu hari nanti aku yakin, aku pasti bisa
membuktikan firasatku jika buku ini memang luar biasa.
Dan sekarang, aku bisa membuktikan
firasatku yang lalu. Buku ini memang benar-benar luar biasa dan menakjubkan.
lewat buku inilah, aku menjadi jatuh cinta dan semakin cinta padanya, Indonesia.
Aku ingin menceritakan kekagumanku pada
negeri yang hampir seluruh penduduknya merupakan penganut agama islam yang
taat. Tak heran, negara ini menjadi salah satu negera dengan penduduknya
mayoritas muslim. Jadi, sangat wajar jika warganya ingin menunaikan haji, maka
mereka harus bersedia mengantri hingga beberapa tahun sampai mereka mendapatkan
kesempatan untuk melaksanakan rukun ke lima pilar islam tersebut. karena
peminat perjalanan suci menuju satu tempat yang menjadi poros segala negeri dan
menjadi satu titik tujuan bagi kaum muslim di dunia-ka’bah- ini tidak lah
sedikit.
Indonesia, Indonesia, Indonesia. Aku
jatuh cinta...
Seperti yang aku katakan sebelumnya,
rasa cintaku yang semakin menjadi pada Indonesia ini di awali oleh rasa
penasaran ku pada satu buku. 99 Cahaya di Langit
Eropa. Buku ini
menceritakan tentang perjalanan seorang anak dari salah satu tokoh politik dan
agama Indonesia, Amien Rais. Penulis, yakni hanum salsabiela rais yang
berprofesi sebagai wartawan ini mampu menceritakan secara detail dan menarik,
dengan bahasa yang ringan namun tajam. Menelisik lebih jauh sejarah peninggalan
kejayaan islam di negara-negara Eropa. Negara dimana sekarang menjadi negara
yang sangat minim umat muslim. Rasanya, lewat buku ini aku kembali menjelajah masa
MTs, MAN, dan masa pengabdian ku di pondok pesantren. Saat aku duduk manis
mendengarkan cerita demi cerita perjuangan para pemimpin atau khalifah setelah
nabi tiada dari guru atau ustadzku, perjuangan yang mereka lakukan demi
menyebarkan kedamaian melalui islam. Menyelamatkan manusa-manusia dari
kegelapan, melalui islam. Dan dimasa itu, islam menjadi negara penguasa
berbagai hal, mulai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan banyak hal lainnya.
Peradaban wilayah kerajaan islam menjadi sangat maju dan membuat kekaisaran
romawi sangat iri. Rasa iri itulah yang membuat ide liar seorang paus urban
bekerja. Dengan iming-iming penghapusan dosa dan surga untuk pengikutnya, dia
memerintahkan mereka untuk berperang merebut kejayaan islam. Perang salib, nama
yang sampai sekarang aku kenal dan menjadi sangat legendaris. Karena perang
itu, pada akhirnya membuat wilayah islam menjadi semakin menyempit dan mungkin
mengalah.
Hanum, melalui tulisannya menceritakan
pengalaman demi pengalamannya menjelajah eropa dan ternyata lewat perjalanan
yang penuh hikmah, dia mampu menyibak banyak rahasia tentang sejarah yang
mengungkapkan betapa islam adalah agama yang dulu pernah menjadi pemimpin dan
penguasa di benua Eropa. Sejarah dari tempat yang berbeda namun penuh dengan
pelajaran dan membuat kita seorang muslim, merasa bangga karena kita adalah
manusia yang terlahir sebagai seorang muslim sejati. Selain, bercerita tentang
perjalanannya menguak sejarah kejayaan islam zaman dulu di Benua Eropa, hanum
juga memparkan banyak pengalaman spiritualnya dengan beberpa teman atau
orang-orang yang ia temui selama perjalanan. Karena, di negara yang ia tinggali
islam menjadi agama yang pengnutnya sangat minim, mereka (penganut islam)
adalah kaum minoritas yang serba terbatas. Terbatas untuk mengekspresikan rasa
cinta mereka pada tuhannya, terbatas untuk menunjukkan identitas mereka sebagai
seorang muslim. Ya, semua serba dibatasi. Karena mereka memang kaum minoritas.
Tapi, justru karena sebagai seseorang yang minoritas. Umat muslim di negeri tersebut
semakin ingin menunjukkan islam yang sesungguhnya. Karena itu, mereka bangga
menjadi seorang agen islam yang kompeten.
Dari buku ini aku berpikir, betapa
terkekangnya kita umat muslim saat kita berada di negara-negara Eropa yang
sangat minim penganut islam bahkan yang mempercayai adanya tuhan. Betapa
kesusahannya kita saat kita ingin melaksanakan solat lima waktu, menghindari
dan menjadi sangat teliti saat kita ingin memakan makanan dari restoran, atau
menjadi susah untuk belajar atau mendapatkan pekerjaan hanya karena sehelai
kain penutup kepala yang menjadi identitas kita sebagai muslimah. Ah, aku hanya
membayangkannya saja menjadi sangat jengah. Sangat sulit hidup bebas sebagai
muslim disana. Lalu, aku berpikir. Jika boleh membandingkan dengan hidupku yang
sekarang. Di tempat dimana aku tinggal, yakni Indonesia. Disini, di Indonesia
siapapun dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang mereka
yakini. Islam, kristen, katolik, budha, hindu. Semua bebas menunjukkan jati
diri mereka. Bebas belajar, atau mungkin mendapatkan pekerjaan. Tidak dibatasi
sama sekali. Bebas.
Kami sebagai umat muslim bisa merasakan
meriahnya tahun baru cina, atau kelap-kelip lampu di pohon natal saat umat
kristen dan katolik merayakan natal. Dan mereka, orang diluar kepercayaan kami,
bisa merasakan hikmatnya suara azan, ramainya bedug saat idul fitri tiba, atau
bersedia menutup restoran mereka saat ramadan datang. Ah, indahnya Indonesia.
Bahkan, hari raya dari setiap agamapun dijadikan hari libur nasional, hingga
semua warga bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Hanya di Indonesia.
Hanya di Indonesia. Selalu Indonesia.
Aku cinta Indonesia.
Semoga kedamaian ini tidak terganggu
oleh sedikit ulah dari orang-orang yang tengah dikuasai emosi dan ego mereka,
lalu mengatas namakan tindakan mereka karena membela agama. Hanya untuk merusak
kerukunan dan kedamaian yang tercipta, benar- benar merusaknya. Sampai pada
akhirnya, rasa benci dan dendam itu tumbuh hari demi hari, rasa itu semakin
subur. Jika rasa itu telah tertanam rapi dalam hati dan pikiran mereka. Maka,
tidak dapat dihindari lagi perpecahan, peperangan, tangis, dan darah menjadi
pemandangan yang kita nikmati setiap harinya. Hanya ada tangis dan lara, tidak
ada satupun pihak yang mendapatkan kebahagiaan seutuhnya. Semua sia-sia.
Karena itu tuhan, ya Allah.. aku mohon
padamu. Lindungilah negeri yang damai ini dari perpecahan dan peperangan dan
rahmatilah kami.. karena aku cinta negeri ini..
amin..
26/02/2013
Komentar
Posting Komentar